作词 : Amien Kamil 作曲 : Adi Prasetyo Bersila, mengosongkan diri dan bersatu dengan alam semesta. Kejernihan hati, kan menguak rahasia luasnya cakrawala. Pasrah, menerima segala yang hadir mengaliri ruang hampa. Samadhi di atas teratai, di bawah rindang pohon Bodhi. Semerbak harum memancar wangi menumbuhkan pekerti. Muncul selaksa peristiwa dalam bangunan relief dan arca-arca 9 kuno yang dibalut kenangan musim demi musim. Sekawanan merpati menyeberangi panorama senja yang menyimpan kedamaian. Ning. Bersila diatas teratai. Serasa tubuh tembus pandang. Awan beringsut bagai iringan sekawanan domba putih di cakrawala biru. Percakapan dengan diri yang alit pun terjadi. Keikhlasan mencuci hati dan tubuh pun jadi kuil suci untuk senantiasa mengaji diri. Waktu menetes dan angin membawa bulir tetes embun menyapa dedaunan. Seakan lahir kembali menjadi bayi. Telinga pun lebih peka menangkap tanda rahasia semesta. Hati tersenyum, nafas pun lega. Ada suara senyap berhembus serta menyinari pori-pori tubuh, juga membuka semua cakra ; "Sepanjang malam, sore dan pagi. Waktu mengejar tak pernah henti. Waktu terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi mereka yang takut. Terlalu lama bagi mereka yang berduka, terlalu pendek bagi mereka yang bersukacita. Namun bagi mereka yang mengasihi, waktu adalah keabadian. Lantas kitapun paham, Cinta yang kita pancarkan adalah juga melalui hembusan nafas Tuhan.” Hawa panas menguaplah melalui sekujur pori-pori, agar jernih pikiran dari kabut keraguan dan alang-alang penglihatan. Mekarlah bunga cinta. Bismillah. Air tanah api logam udara, semua unsur murni dalam diri. Suci, sucilah. Mengkristal menjadi langit di dalam diri yang penuh sukacita keindahan, juga damai yang tak berkesudahan.