Catastrophe 1965

Catastrophe 1965 歌词

歌曲 Catastrophe 1965
歌手 Amien Kamil
歌手 Mike Marjinal
专辑 Catastrophe 1965
下载 Image LRC TXT
作词 : Amien Kamil
作曲 : Marjinal/Yoko Nomura
Hari itu, udara bagaikan tungku.
Sementara berhala kekuasaan
telah lama menggantikan Tuhan.
Mesin jagal bak taring srigala,
siap mengerkah siapa yang beda warna
siap menggilas lagi yang lain ideologi.
"Ssstttt..... intrik berdengung, bersiul 
nyaring di bawah meja, desas-desus 
berhembus Dewan Jendral kudeta.”
Hukum rimba merasuki urat nadi
menjadi duri melanda negri,
adu domba kasta jadi prahara
Tanda silang di pintu korban
sungai berdarah hanyutkan dendam
Tiada asuransi apalagi puisi
kecuali kata sandi, penentu hidup dan mati
Lewat corong penindasan kabarkan berita:
"Mereka semua sudah dikuburkan,
tunggu kabar kematian berikutnya"
Laskar serdadu penindasan 
berderak menunggangi kuda kematian
menyapu kota serta desa-desa.
Perkebunan tebu jadi ladang pembantaian
lumbung kematian dan beribu korban tertanam
tanpa ritus penguburan apalagi nisan
(Mayat menggunung sepanjang Oktober 65
awan hitam membumbung di angkasa,
Pancaroba sejarah, 
menelan ribuan korban mati sia-sia.)
Hari itu, hati kita membatu
terbagi dalam kubu-kubu
serta keyakinan yang semu
Langit mendung mengurung Nusantarapembantaian massal terjadi dimana-mana,
pribumi lugu tanpa dosa
diburu, dibuang ke Pulau Buru
: "Tapol"
Cap itu dilekatkan pada kami,
menghitung hari terkurung sangkar besi
dikelilingi kawat berduri
Dari kesunyian yang panjang terentang,
dikucilkan tanpa pengadilan
suara dibungkam
kesaksian diperam dalam pikiran.
"Nyai, aku sekarang terkurung disini.
Semoga di fajar mendatang,
nurani mereka tak terkebiri lagi.
Prahara sejarah tak kan terulang
dan cukuplah sekali.
Cukup sekali!"
zuo ci : Amien Kamil
zuo qu : Marjinal Yoko Nomura
Hari itu, udara bagaikan tungku.
Sementara berhala kekuasaan
telah lama menggantikan Tuhan.
Mesin jagal bak taring srigala,
siap mengerkah siapa yang beda warna
siap menggilas lagi yang lain ideologi.
" Ssstttt..... intrik berdengung, bersiul 
nyaring di bawah meja, desasdesus 
berhembus Dewan Jendral kudeta."
Hukum rimba merasuki urat nadi
menjadi duri melanda negri,
adu domba kasta jadi prahara
Tanda silang di pintu korban
sungai berdarah hanyutkan dendam
Tiada asuransi apalagi puisi
kecuali kata sandi, penentu hidup dan mati
Lewat corong penindasan kabarkan berita:
" Mereka semua sudah dikuburkan,
tunggu kabar kematian berikutnya"
Laskar serdadu penindasan 
berderak menunggangi kuda kematian
menyapu kota serta desadesa.
Perkebunan tebu jadi ladang pembantaian
lumbung kematian dan beribu korban tertanam
tanpa ritus penguburan apalagi nisan
Mayat menggunung sepanjang Oktober 65
awan hitam membumbung di angkasa,
Pancaroba sejarah, 
menelan ribuan korban mati siasia.
Hari itu, hati kita membatu
terbagi dalam kubukubu
serta keyakinan yang semu
Langit mendung mengurung Nusantarapembantaian massal terjadi dimanamana,
pribumi lugu tanpa dosa
diburu, dibuang ke Pulau Buru
: quot Tapol quot
Cap itu dilekatkan pada kami,
menghitung hari terkurung sangkar besi
dikelilingi kawat berduri
Dari kesunyian yang panjang terentang,
dikucilkan tanpa pengadilan
suara dibungkam
kesaksian diperam dalam pikiran.
quot Nyai, aku sekarang terkurung disini.
Semoga di fajar mendatang,
nurani mereka tak terkebiri lagi.
Prahara sejarah tak kan terulang
dan cukuplah sekali.
Cukup sekali! quot
zuò cí : Amien Kamil
zuò qǔ : Marjinal Yoko Nomura
Hari itu, udara bagaikan tungku.
Sementara berhala kekuasaan
telah lama menggantikan Tuhan.
Mesin jagal bak taring srigala,
siap mengerkah siapa yang beda warna
siap menggilas lagi yang lain ideologi.
" Ssstttt..... intrik berdengung, bersiul 
nyaring di bawah meja, desasdesus 
berhembus Dewan Jendral kudeta."
Hukum rimba merasuki urat nadi
menjadi duri melanda negri,
adu domba kasta jadi prahara
Tanda silang di pintu korban
sungai berdarah hanyutkan dendam
Tiada asuransi apalagi puisi
kecuali kata sandi, penentu hidup dan mati
Lewat corong penindasan kabarkan berita:
" Mereka semua sudah dikuburkan,
tunggu kabar kematian berikutnya"
Laskar serdadu penindasan 
berderak menunggangi kuda kematian
menyapu kota serta desadesa.
Perkebunan tebu jadi ladang pembantaian
lumbung kematian dan beribu korban tertanam
tanpa ritus penguburan apalagi nisan
Mayat menggunung sepanjang Oktober 65
awan hitam membumbung di angkasa,
Pancaroba sejarah, 
menelan ribuan korban mati siasia.
Hari itu, hati kita membatu
terbagi dalam kubukubu
serta keyakinan yang semu
Langit mendung mengurung Nusantarapembantaian massal terjadi dimanamana,
pribumi lugu tanpa dosa
diburu, dibuang ke Pulau Buru
: quot Tapol quot
Cap itu dilekatkan pada kami,
menghitung hari terkurung sangkar besi
dikelilingi kawat berduri
Dari kesunyian yang panjang terentang,
dikucilkan tanpa pengadilan
suara dibungkam
kesaksian diperam dalam pikiran.
quot Nyai, aku sekarang terkurung disini.
Semoga di fajar mendatang,
nurani mereka tak terkebiri lagi.
Prahara sejarah tak kan terulang
dan cukuplah sekali.
Cukup sekali! quot
Catastrophe 1965 歌词
YouTube搜索结果 (转至YouTube)