歌曲 | Samadhi |
歌手 | Amien Kamil |
专辑 | Catastrophe 1965 |
下载 | Image LRC TXT |
作词 : Amien Kamil | |
作曲 : Adi Prasetyo | |
Bersila, mengosongkan diri dan bersatu dengan alam semesta. Kejernihan hati, kan | |
menguak rahasia luasnya cakrawala. Pasrah, menerima segala yang hadir mengaliri ruang | |
hampa. Samadhi di atas teratai, di bawah rindang pohon Bodhi. Semerbak harum memancar | |
wangi menumbuhkan pekerti. Muncul selaksa peristiwa dalam bangunan relief dan arca-arca | |
9 | |
kuno yang dibalut kenangan musim demi musim. Sekawanan merpati menyeberangi | |
panorama senja yang menyimpan kedamaian. | |
Ning. Bersila diatas teratai. Serasa tubuh tembus pandang. Awan beringsut bagai iringan | |
sekawanan domba putih di cakrawala biru. Percakapan dengan diri yang alit pun terjadi. | |
Keikhlasan mencuci hati dan tubuh pun jadi kuil suci untuk senantiasa mengaji diri. Waktu | |
menetes dan angin membawa bulir tetes embun menyapa dedaunan. Seakan lahir kembali | |
menjadi bayi. Telinga pun lebih peka menangkap tanda rahasia semesta. Hati tersenyum, | |
nafas pun lega. | |
Ada suara senyap berhembus serta menyinari pori-pori tubuh, juga membuka semua cakra ; | |
"Sepanjang malam, sore dan pagi. Waktu mengejar tak pernah henti. Waktu terlalu lambat | |
bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi mereka yang takut. Terlalu lama bagi | |
mereka yang berduka, terlalu pendek bagi mereka yang bersukacita. Namun bagi mereka | |
yang mengasihi, waktu adalah keabadian. Lantas kitapun paham, Cinta yang kita pancarkan | |
adalah juga melalui hembusan nafas Tuhan.” | |
Hawa panas menguaplah melalui sekujur pori-pori, agar jernih pikiran dari kabut keraguan | |
dan alang-alang penglihatan. Mekarlah bunga cinta. Bismillah. Air tanah api logam udara, | |
semua unsur murni dalam diri. Suci, sucilah. Mengkristal menjadi langit di dalam diri yang | |
penuh sukacita keindahan, juga damai yang tak berkesudahan. |
zuo ci : Amien Kamil | |
zuo qu : Adi Prasetyo | |
Bersila, mengosongkan diri dan bersatu dengan alam semesta. Kejernihan hati, kan | |
menguak rahasia luasnya cakrawala. Pasrah, menerima segala yang hadir mengaliri ruang | |
hampa. Samadhi di atas teratai, di bawah rindang pohon Bodhi. Semerbak harum memancar | |
wangi menumbuhkan pekerti. Muncul selaksa peristiwa dalam bangunan relief dan arcaarca | |
9 | |
kuno yang dibalut kenangan musim demi musim. Sekawanan merpati menyeberangi | |
panorama senja yang menyimpan kedamaian. | |
Ning. Bersila diatas teratai. Serasa tubuh tembus pandang. Awan beringsut bagai iringan | |
sekawanan domba putih di cakrawala biru. Percakapan dengan diri yang alit pun terjadi. | |
Keikhlasan mencuci hati dan tubuh pun jadi kuil suci untuk senantiasa mengaji diri. Waktu | |
menetes dan angin membawa bulir tetes embun menyapa dedaunan. Seakan lahir kembali | |
menjadi bayi. Telinga pun lebih peka menangkap tanda rahasia semesta. Hati tersenyum, | |
nafas pun lega. | |
Ada suara senyap berhembus serta menyinari poripori tubuh, juga membuka semua cakra | |
quot Sepanjang malam, sore dan pagi. Waktu mengejar tak pernah henti. Waktu terlalu lambat | |
bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi mereka yang takut. Terlalu lama bagi | |
mereka yang berduka, terlalu pendek bagi mereka yang bersukacita. Namun bagi mereka | |
yang mengasihi, waktu adalah keabadian. Lantas kitapun paham, Cinta yang kita pancarkan | |
adalah juga melalui hembusan nafas Tuhan." | |
Hawa panas menguaplah melalui sekujur poripori, agar jernih pikiran dari kabut keraguan | |
dan alangalang penglihatan. Mekarlah bunga cinta. Bismillah. Air tanah api logam udara, | |
semua unsur murni dalam diri. Suci, sucilah. Mengkristal menjadi langit di dalam diri yang | |
penuh sukacita keindahan, juga damai yang tak berkesudahan. |
zuò cí : Amien Kamil | |
zuò qǔ : Adi Prasetyo | |
Bersila, mengosongkan diri dan bersatu dengan alam semesta. Kejernihan hati, kan | |
menguak rahasia luasnya cakrawala. Pasrah, menerima segala yang hadir mengaliri ruang | |
hampa. Samadhi di atas teratai, di bawah rindang pohon Bodhi. Semerbak harum memancar | |
wangi menumbuhkan pekerti. Muncul selaksa peristiwa dalam bangunan relief dan arcaarca | |
9 | |
kuno yang dibalut kenangan musim demi musim. Sekawanan merpati menyeberangi | |
panorama senja yang menyimpan kedamaian. | |
Ning. Bersila diatas teratai. Serasa tubuh tembus pandang. Awan beringsut bagai iringan | |
sekawanan domba putih di cakrawala biru. Percakapan dengan diri yang alit pun terjadi. | |
Keikhlasan mencuci hati dan tubuh pun jadi kuil suci untuk senantiasa mengaji diri. Waktu | |
menetes dan angin membawa bulir tetes embun menyapa dedaunan. Seakan lahir kembali | |
menjadi bayi. Telinga pun lebih peka menangkap tanda rahasia semesta. Hati tersenyum, | |
nafas pun lega. | |
Ada suara senyap berhembus serta menyinari poripori tubuh, juga membuka semua cakra | |
quot Sepanjang malam, sore dan pagi. Waktu mengejar tak pernah henti. Waktu terlalu lambat | |
bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi mereka yang takut. Terlalu lama bagi | |
mereka yang berduka, terlalu pendek bagi mereka yang bersukacita. Namun bagi mereka | |
yang mengasihi, waktu adalah keabadian. Lantas kitapun paham, Cinta yang kita pancarkan | |
adalah juga melalui hembusan nafas Tuhan." | |
Hawa panas menguaplah melalui sekujur poripori, agar jernih pikiran dari kabut keraguan | |
dan alangalang penglihatan. Mekarlah bunga cinta. Bismillah. Air tanah api logam udara, | |
semua unsur murni dalam diri. Suci, sucilah. Mengkristal menjadi langit di dalam diri yang | |
penuh sukacita keindahan, juga damai yang tak berkesudahan. |